Translate

Sunday, July 19, 2015

My love as vanlithsians

Ini cerita yang panjang....
Ini kisah fiksi berdasar fakta
Dan belum selesai..

Kalau anda masih single, bukan berarti anda tidak laku...
Siapa tahu Tuhan terlalu sibuk menuliskan cerita cinta yang terbaik untuk anda..


-Hitam Putih


Gua sengaja taruh quotes nya di awal, biar manisnya di akhir... Quotes nya nggak persis gitu sih, gue lupa dikit...




Harus gue akui, terkadang apa yang nggak ada di pikiran gue lebih penting daripada apa yang gue pikirkan. pikiran gue isinya , jujur aja, cewek melulu. nampaknya gue belum bisa berhenti mengaguminya. yang nggak ada di pikiran gue, adalah gimana cara gue deketin, gimana gue harus bersikap, dan gimana gue harus berkata. semula gue hanya mengikuti nalar dan pemahaman se-'alakadarnya' . tapi itu membuat gue jatuh kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya. 'Ilfilzone'(gue bold sama underline biar jelas). gue sekali lagi memulai kisah yang sangat lucu dan menyedihkan, sih.

Dia cewek nya pintar, imut juga. pantas kalau banyak yang suka. namanya, sebut aja Riri. Boleh dibilang, dia adalah satu-satunya cewek yang beri respon positif buat gue pertama kalinya di Van Lith. tentu saja gue bahagia lah.gue jadi ingat waktu pertama kali gue bisa suka.

itu hari dimana gue dan temen gue yang namanya kero, galau karena cewek kami direbut sama orang. dia tanya, 
'Mik, kita mau ngejar siapa nih?'

'Riri aja?', kata ku sembarang.

'Deal!'

Kero langsung pergi tanpa berkata apa-apa lagi, gue masih ingat, itu adalah saat-saat gue mau JTA. jadi gue hari itu pasti lihat, banyak teman-teman gue yang buat DUDU. gue mau buat apa dan kesiapa aja nggak tahu.

Besok harinya, kero ada di dalam kelas gue, dia langsung berkata, 'Mik, gue kirim surat atas nama lu ke Riri'. gue langsung marah-marah habis itu, tapi, ya  sudahlah. Siang harinya, Riri tanya ke gue,

' kamu kirim surat ke aku kenapa?' 

gue langsung bingung kayak semut mau dibilas air di WC, tapi, tiba-tiba temen gue namanya Bas langsung bilang, ' Kami ini sebenarnya nge-fans sama kamu, Ri'. si Riri cuma mengiyakan saja. Tapi gue baru sadar kalau semua kisah kami di mulai. bukannya ke ge-er an, tapi, gue merasa nyaman kalau bisa bersama dia, kami sekarang saling sapa, saling memberi semangat, dll.

Suatu hari, agak lama setelah kejadian itu, kami kebetulan satu kelompok Bahasa Indonesia, untuk mebuat sebuah kartul penelitian. Tentu saja gue senang sekali, nggak bisa diam kayak cacing. Kenapa bisa-bisanya dia mau sekelompok dengan gue, 
Di suatu pertemuan kelompok, kami mengerjakan di hari sabtu, sebelum ke gereja. sebelum itu, gue mau memperbaiki sandal gue pake lem dan lem itu tumpah ke tangan gue. spontan gue merasa panas sama dingin. Sial. Ketika kerja kelompok, gue duduk disebelah nya,ala programmer. lalu ada temanku, funy namanya.dia menawari sebuah biskuit cracker keju, lalu berkata:

'Mik, mau nggak?'

'Enggak, lagi puasa...'

Ekspresi muka imut si funy berubah menjadi penasaran. Kami lanjutkan kerja kelompok kami dengan sedikit canda tawa dan cerita...
Ketika sudah jam nya mau Ke gereja, kami langsung beranjak dan menuju ke Gereja Santo Antonius Muntilan. Setelah selesai gereja, aku masuk ke refter duluan. Dan mengecek menu makanan. Aduh, mie sama nasi sama pangsit...
Tepung... Tepung... Tepung... Sehat dan terjaminlah perutku, tapi tidak gizi dan gula darahku...
'Ah, males makan. Bikin mie instant aja!' <<padahal tepung juga!

Lalu Dari pintu sebelah refter, keluarlah funy dan riri. Disaat bersamaan, keluarlah gue dari refter. Funy berkata,

'Ah, Mik. Tolong panggilin Jai dong!'
Jai tuh, pacar funy.

'Iyaa, tunggu benar...'

Gue yang masih ganteng, kemeja an rapi, lari ke asrama putra dan menemukan seonggok tubuh lemas yang terbaring di bed. Jersey nya bertuliskan Jia 68.gue maju mendekat dan ngomong,

'Woy, bangun! Dicariin adinda putri!'

Jia yang masih merah-putih matanya, merah di bolanya, putih di sekitar pelupuk mata,langsung berderap ke kamar ganti dan berganti baju.

Gue langsung ke refter lagi. Di refter funy nasib menggandeng si riri. funy bertanya,'Mana si Jia?'
Tiba-tiba Jia datang. Funy melepaskan riri sendiri. jalan bersama Jia. Kini tinggal kami berdua. Aku yang nasib binging Mau berkata apa, riri yanv perasaan nya sulit tertebak, dan sang bulan yang menantang Ku untuk ungkapkan kejujuran. Untunglah riri seorang gadis yang lebih suka memulai semuanya...

'Kamu nggak makan Mik?

'Ah, nggak. Lagi puasa...', jawabku ragu

'Kamu beneran puasa?'

'Iyaa..'

Tiba - tiba saja ada sesuatu merasuk ke dalam pikiranku.

'Eh, ri, aku mau ngomong jujur ke kamu...'

'Apa?'

Matanya penuh sorotan tanda tanya besar yang mengawasi ku.

'Jujur.'

'Apa?'

'Jujur.'

'Ya, Apa?'

'Jujur.'

Nampaknya kekakuan ku malah berubah menjadi sebuah PHP scene...

'Ya sudah, aku mau sama funy...'

Aku lalu pergi dan berkata, 'Dah..'

'Dah..' serunya lirih.

Tak kusangka itu adalah saat kami ngobrol dengan enak terakhir kali. Setelah itu, kami agak kesulitan untuk ngomong satu sama lain. Gue merasa seperti seorang patung batu yang kehilangan batunya. Tak kusangka, kisah cinta di van lith begitu begini(?)

Sekarang, dia sudah dekat dengan seorang cowok. Lebih pintar, ganteng, atletik, dan keren daripada aku. Aku merasa bersalah karena melihat mereka berdua bukan dengan mata, tapi dengan hati. Jadi nyesek di kemudian menit...

pokoknya dari cerita fiksi diatas kita bisa ambil hikmahnya aja, do it before too late.


Dan seperti kata temanku,

Walaupun kita tak bisa bersama, setidaknya kita pernah tertawa bersama...

Salam, mikidid!


No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger